SUARA RAKYAT BARITO

Media Masa Kini independent menghadirkan informasi akurat berimbang jadi solusi

LAHAN GAMBUT BARITO SELATAN POTENSIAL DAN PRODUKTIF DENGAN TATAKELOLA YANG BENAR

Tata Kelola Lahan Gambut Menjadi Produktif: Strategi Ahli untuk Kabupaten Barito Selatan

Oleh Prof. Dr. Siti Nurhaliza, M.Sc., Guru Besar Fakultas Kehutanan dan Lingkungan Universitas Lambung Mangkurat (ULM) yang juga peneliti utama bidang pengelolaan lahan basah di Kalimantan Selatan

Kabupaten Barito Selatan, dengan luas lahan gambut yang signifikan dan kondisi yang rawan kebakaran serta banjir, memiliki potensi besar untuk diubah menjadi lahan produktif tanpa mengorbankan kelestarian lingkungan. Berdasarkan penelitian dan pengalaman lapangan selama bertahun-tahun, saya yakin bahwa pengelolaan yang cerdas dan berbasis ilmu pengetahuan dapat mengubah lahan gambut yang sebelumnya dianggap "tidak berharga" menjadi sumber pangan, ekonomi, dan ekologi yang berkelanjutan.



Kondisi Lahan Gambut di Barito Selatan: Tantangan dan Peluang

Lahan gambut di Barito Selatan mencakup sekitar 40 persen wilayah yang rawan kebakaran selama musim kemarau dan banjir pada musim hujan, seperti yang dilaporkan BPBD dan penelitian ULM. Hal ini menyebabkan kerusakan ekosistem, kerugian ekonomi bagi petani, dan ancaman terhadap kesejahteraan masyarakat. Namun, di balik tantangan itu, lahan gambut memiliki keunggulan seperti kemampuan menyimpan air, menahan karbon, dan menyediakan habitat bagi flora dan fauna endemik. Dengan tata kelola yang tepat, potensi ini dapat dimanfaatkan untuk mendukung ketahanan pangan dan perekonomian lokal.

 

Strategi Ahli: Tiga Pilar Utama Pengelolaan Lahan Gambut Produktif

 

Berdasarkan konsep yang telah terbukti efektif di daerah lain dan disesuaikan dengan kondisi Barito Selatan, saya mengusulkan tiga pilar utama untuk mengubah lahan gambut menjadi produktif:

 

1. Pengelolaan Air yang Optimal

 

Kunci keberhasilan pertama terletak pada pengendalian air yang tepat. Lahan gambut tidak boleh terlalu kering (karena menyebabkan subsidensi dan kebakaran) atau terlalu basah (karena menghambat pertumbuhan tanaman non-padi). Untuk tanaman seperti jagung dan karet, muka air tanah harus dipertahankan pada kedalaman 40-60 cm, sedangkan untuk padi sawah dapat diizinkan tergenang secara terkontrol. Di Barito Selatan, ini dapat dicapai melalui pembangunan saluran pengairan dan drainase sederhana yang dirancang sesuai dengan topografi lokal, seperti yang telah dicoba oleh tim KKN UGM di Desa Sababilah.

 

2. Ameliorasi Tanah dan Pemilihan Tanaman yang Tepat

 

Lahan gambut memiliki kadar pH rendah dan kandungan asam organik tinggi yang dapat meracuni tanaman. Untuk mengatasinya, ameliorasi dengan tanah mineral masam (seperti oxisol atau ultisol) atau pupuk organik dapat menekan dampak keracunan. Selain itu, pemilihan tanaman yang sesuai sangat penting. Tanaman yang tahan terhadap kondisi gambut antara lain jagung varietas tahan genangan, karet, kelapa sawit (dengan pengelolaan yang ketat), dan tanaman obat tradisional. Contoh keberhasilan ini terlihat dari program Polda Kalsel yang berhasil memanen 1.000 ton jagung dari lahan gambut di Kabupaten Banjar, yang dapat ditiru di Barito Selatan dengan menyesuaikan varietas dan teknik penanaman.

 

3. Pemanfaatan Berbasis Ekowisata dan Nilai Tambah

 

Selain pertanian, lahan gambut di Barito Selatan dapat dimanfaatkan untuk ekowisata yang berkelanjutan. Kawasan seperti Danau Sababilah dan hutan cemara dapat dikembangkan menjadi jalur trekking, perkemahan, atau destinasi wisata alam yang mempromosikan pelestarian lingkungan sekaligus meningkatkan pendapatan masyarakat. Selain itu, pengolahan hasil panen menjadi produk olahan (seperti chili oil dari cabai yang diajarkan KKN UGM) dapat memberikan nilai tambah ekonomi dan mengurangi ketergantungan pada pasar mentah.

 

Langkah Aksi Nyata untuk Masyarakat dan Pemerintah

 

Untuk mewujudkan strategi ini, diperlukan kerja sama antara pemerintah, akademisi, masyarakat, dan swasta (kolaborasi pentahelix):

 

- Pemerintah: Menyediakan kebijakan yang mendukung, bantuan infrastruktur (saluran air, jalan), dan pelatihan bagi petani.

- Akademisi: Melakukan penelitian terarah, menyediakan teknologi tepat guna, dan membimbing masyarakat dalam penerapannya.

- Masyarakat: Berpartisipasi aktif dalam pengelolaan lahan, mengikuti pelatihan, dan menerapkan praktik berkelanjutan.

- Swasta: Berperan dalam pengembangan nilai tambah produk dan pemasaran hasil panen.

 

Kesimpulan: Menuju Masa Depan yang Berkelanjutan

Lahan gambut di Kabupaten Barito Selatan bukanlah masalah, melainkan peluang yang menunggu untuk dieksplorasi. Dengan mengikuti tiga pilar pengelolaan yang telah diuraikan, kita dapat mengubah lahan gambut menjadi lahan produktif yang memberikan manfaat ekonomi, sosial, dan ekologi. Saya berharap bahwa pemerintah dan masyarakat Barito Selatan akan segera mengambil langkah nyata untuk menerapkan strategi ini, sehingga daerah ini dapat menjadi contoh keberhasilan pengelolaan lahan gambut di Indonesia.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak